Gubernur Bobby Nasution Sentil OPD yang Anggarkan Busi Racing: Pemerintah Mau Balapan?

Kuatbaca.com - Dalam sebuah forum resmi perencanaan pembangunan, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution melontarkan kritik tajam terhadap salah satu fenomena janggal dalam penyusunan anggaran belanja daerah. Tanpa menyebut nama OPD secara spesifik, Bobby mengungkap adanya rencana anggaran yang dianggap tidak masuk akal, salah satunya adalah pembelian busi racing oleh Dinas Sosial.
1. Anggaran Tak Masuk Akal Ditemukan Saat Evaluasi
Bobby menyampaikan kekesalannya saat menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tahun 2026 di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Senin (5/5/2025). Dalam kesempatan itu, ia mengungkap adanya sejumlah rencana anggaran yang terkesan dibuat asal-asalan dan tidak relevan dengan tugas pokok fungsi OPD terkait.
“Tusuk gigi Rp 100 juta, kue tart Rp 50 juta, dan bahkan busi racing di Dinas Sosial. Ini sebenarnya OPD-nya mau kerja sosial atau balapan?” ucap Bobby dengan nada menyindir.
2. Bobby Tekankan Pentingnya Efisiensi dan Relevansi
Lebih jauh, Bobby menekankan bahwa efisiensi anggaran bukan berarti pemangkasan secara membabi buta, melainkan optimalisasi penggunaan dana agar benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. Ia juga meminta seluruh OPD untuk melakukan perbaikan dalam perencanaan anggaran, agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
“Efisiensi itu bukan berarti memangkas, tapi bagaimana anggaran bisa digunakan secara optimal dan tepat sasaran. Jangan lagi ada yang anggarkan hal-hal yang tidak masuk akal,” ujarnya.
3. Busi Racing Tidak Relevan untuk Kendaraan Dinas
Salah satu anggaran paling janggal adalah pengadaan busi racing, sebuah komponen mesin yang biasa digunakan untuk kendaraan balap. Penggunaan busi jenis ini pada kendaraan operasional pemerintah sangat tidak relevan, apalagi jika digunakan oleh dinas yang berfokus pada urusan sosial.
Busi racing sendiri dikenal sebagai komponen yang dirancang untuk kendaraan berperforma tinggi. Dalam dunia otomotif, busi jenis ini tidak direkomendasikan untuk kendaraan harian karena bisa menyebabkan pembakaran tidak sempurna, penumpukan kerak, hingga kerusakan mesin dalam jangka panjang.
4. Pakar Otomotif: Penggunaan Busi Racing Harus Tepat
Menurut para ahli otomotif, seperti Aftermarket Technical Support dari Niterra Mobility Indonesia (NMI), busi racing memiliki spesifikasi teknis yang jauh berbeda dari busi biasa. Perbedaan ini mencakup pengaturan suhu kerja, tingkat kompresi, dan kecepatan pembakaran, yang hanya cocok digunakan dalam ajang balapan atau kendaraan khusus.
Jika dipaksakan digunakan pada kendaraan operasional harian, busi racing bisa mempercepat keausan mesin dan menimbulkan potensi bahaya bagi pengendara. Oleh karena itu, penganggaran busi racing untuk OPD bukan hanya tidak relevan secara fungsi, tetapi juga berisiko secara teknis.
5. Kritik Ini Menjadi Momentum Evaluasi Anggaran Daerah
Sentilan Bobby ini bukan hanya soal busi atau tusuk gigi, tetapi menyentuh persoalan lebih besar: bagaimana kualitas perencanaan anggaran pemerintah daerah. Banyak program yang sebenarnya bisa memberikan dampak besar bagi masyarakat, namun tenggelam karena anggaran digunakan untuk hal-hal yang tidak esensial.
Evaluasi menyeluruh terhadap pengajuan anggaran setiap OPD perlu diperkuat, agar tidak terjadi pemborosan. Anggaran harus diarahkan untuk program-program strategis seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur publik.
6. Pesan Bobby untuk OPD: Stop Buang Anggaran untuk Hal Tidak Perlu
Gubernur Bobby menutup pesannya dengan tegas: “Saya tidak ingin mendengar lagi ada anggaran tidak masuk akal. Setiap rupiah dari APBD harus punya dampak bagi rakyat. Bukan malah dihabiskan untuk belanja-belanja yang tak jelas tujuannya.”
Langkah ini pun mendapatkan sorotan publik, karena menunjukkan komitmen Bobby dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan efisien. Harapannya, OPD Sumatera Utara dapat lebih cermat dan bijak dalam menyusun program kerja ke depannya.
7. Antara Anggaran dan Akal Sehat
Peristiwa ini menjadi cermin bahwa pengawasan internal terhadap anggaran sangat penting. Tidak semua belanja negara bisa diserahkan pada spreadsheet semata, melainkan harus ditinjau dengan akal sehat dan kepedulian terhadap kebutuhan nyata masyarakat.
Sentilan Gubernur Bobby Nasution ini diharapkan bisa menjadi titik balik reformasi manajemen anggaran di tingkat daerah. Karena, pada akhirnya, setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pemerintah harus kembali untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk “balapan” dalam arti sesungguhnya maupun kiasan.