Dampak Perang Israel-Iran terhadap IHSG: Pasar Saham RI Bergejolak, Investor Waspada

16 June 2025 19:28 WIB
abf19026-2a5e-4c28-b58d-360dd657ac17_169.jpg

Kuatbaca.com - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang stabilitas pasar keuangan global. Kali ini, konflik terbuka antara Israel dan Iran yang pecah pada Jumat, 16 Juni 2025, menjadi faktor utama yang memicu fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Serangan yang dimulai di ibu kota Iran, Teheran, oleh Israel, berdampak luas, termasuk terhadap kepercayaan investor di pasar modal Tanah Air.

1. Gejolak Global Pengaruhi Sentimen Pasar Domestik

Kondisi geopolitik global yang tidak stabil sering kali menjadi sumber tekanan psikologis bagi pelaku pasar. Hal ini kembali terbukti saat pecahnya konflik Israel-Iran yang secara langsung memengaruhi pergerakan IHSG. Ketika perang meletus, IHSG langsung terkoreksi 0,53% ke level 7.166,06, dengan nilai transaksi mencapai Rp 15,21 triliun, volume perdagangan sebesar 26,69 miliar saham, dan frekuensi perdagangan mencapai lebih dari 1,36 juta kali.

Penurunan tersebut menunjukkan reaksi cepat pasar terhadap berita buruk dari luar negeri. Seperti yang sebelumnya terjadi saat konflik Rusia-Ukraina, investor cenderung menarik diri dari pasar ekuitas dan mencari aset yang lebih aman ketika ketidakpastian global meningkat.

2. Pelemahan IHSG Terus Berlanjut, Namun Ada Sinyal Positif

Pelemahan IHSG tidak hanya terjadi pada hari pecahnya perang. Sepanjang pekan perdagangan dari 9 hingga 13 Juni 2025, indeks mencatat koreksi 0,74% dari level 7.113,425. Bahkan, pada hari Senin (17 Juni 2025), IHSG kembali melemah 0,68% ke posisi 7.117,59. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 14,97 triliun dengan volume 24,62 miliar saham, menandakan investor masih berada dalam mode berhati-hati.

Namun demikian, di tengah tren penurunan ini, muncul satu catatan positif: IHSG justru membukukan net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar pada hari pecahnya konflik. Ini menunjukkan bahwa meskipun volatilitas meningkat, sebagian investor asing masih melihat peluang investasi di pasar Indonesia yang dinilai memiliki fundamental kuat dalam jangka panjang.

3. Performa Bursa Asia Ikut Terpengaruh, Bergerak Variatif

Tidak hanya pasar saham Indonesia yang terdampak, tetapi juga bursa-bursa Asia lainnya mengalami reaksi campuran (mixed). Beberapa indeks mencatat kenaikan, sementara yang lain mengalami koreksi tipis. Misalnya, Nikkei 225 Jepang melonjak 1,26% ke level 38.311,30, sedangkan Hang Seng Index (HSI) Hong Kong naik 0,70% ke 24.060,99, dan Shanghai Composite Index (SSEC) juga mengalami kenaikan 0,35% ke level 3.388,72.

Sebaliknya, Straits Times Index (STI) Singapura mengalami penurunan tipis 0,08%, mencerminkan sikap wait and see dari sebagian pelaku pasar. Variasi ini menunjukkan bahwa masing-masing pasar merespons ketegangan geopolitik dengan cara yang berbeda, tergantung pada eksposur mereka terhadap risiko Timur Tengah dan kondisi ekonomi domestik masing-masing.

4. Investor Diminta Waspada, Tapi Tidak Panik

Meski tekanan global terus membayangi, para analis menyarankan agar investor tetap tenang dan tidak mengambil keputusan reaktif. Kinerja IHSG yang masih mencatatkan transaksi besar dan adanya aksi beli asing menjadi sinyal bahwa pasar masih cukup resilien. Apalagi, konflik Israel-Iran diperkirakan akan berdampak terbatas terhadap perekonomian Indonesia secara langsung, karena hubungan dagang kedua negara dengan Indonesia tidak terlalu besar.

Namun demikian, investor tetap diimbau untuk mencermati perkembangan global, khususnya terkait harga minyak mentah yang bisa naik signifikan akibat ketegangan ini, serta dampaknya terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah. Selain itu, sektor-sektor tertentu seperti energi, pertambangan, dan transportasi berpotensi terkena imbas langsung dari lonjakan harga komoditas global.

Perang Israel-Iran memberikan efek domino terhadap pasar keuangan global, termasuk pasar saham Indonesia. Meskipun IHSG menunjukkan gejolak, ada sinyal bahwa pasar tetap atraktif di mata investor asing. Ketahanan jangka panjang pasar domestik akan sangat bergantung pada kondisi global dan stabilitas ekonomi nasional yang dijaga oleh otoritas fiskal dan moneter. Investor disarankan tetap waspada, memperhatikan diversifikasi portofolio, dan mengikuti perkembangan geopolitik secara cermat.

Fenomena Terkini






Trending