IHSG Menguat 3,74% dalam Sepekan, Investor Asing Mulai Kembali ke Pasar Modal Indonesia

27 April 2025 09:48 WIB
dibuka-usai-libur-lebaran-ihsg-anjlok-9-1744082618255_169.jpeg

Kuatbaca.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja positif selama periode perdagangan 21 hingga 25 April 2025. Dalam satu pekan tersebut, IHSG berhasil menguat sebesar 3,74% dan ditutup di level 6.678,915, naik dari posisi pekan sebelumnya di 6.438,269. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi investor setelah beberapa waktu sebelumnya pasar sempat mengalami tekanan akibat ketidakpastian global. Penguatan IHSG tidak hanya mencerminkan pemulihan sentimen pasar, tetapi juga menjadi indikasi bahwa pelaku pasar mulai kembali percaya terhadap fundamental ekonomi dalam negeri.

1. Dana Asing Mulai Masuk, Net Buy Capai Ratusan Miliar

Salah satu katalis utama yang mendorong penguatan IHSG adalah masuknya aliran dana asing ke pasar modal Indonesia. Sepanjang pekan tersebut, investor asing mencatat aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 173,18 miliar. Meski secara akumulasi sepanjang tahun 2025 masih tercatat net sell sebesar Rp 50,70 triliun, kembalinya aksi beli asing menandakan adanya potensi pembalikan arah tren dalam waktu dekat. Pergerakan positif ini memberikan angin segar bagi para pelaku pasar yang selama ini cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.

2. Kapitalisasi Pasar Naik, Namun Aktivitas Transaksi Menurun

Seiring dengan menguatnya IHSG, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengalami peningkatan sebesar 3,97% menjadi Rp 11.561 triliun dari Rp 11.120 triliun pada pekan sebelumnya. Meski demikian, aktivitas perdagangan justru mencatat penurunan. Rata-rata frekuensi transaksi harian turun 4,88% menjadi 1,11 juta kali transaksi. Nilai transaksi harian pun turun tajam sebesar 24,02% menjadi Rp 11,06 triliun dari sebelumnya Rp 14,56 triliun. Volume transaksi juga menurun 19,09%, dari 22,54 miliar lembar menjadi 18,23 miliar lembar saham. Penurunan ini menunjukkan bahwa investor masih bersikap selektif dalam bertransaksi meski pasar menunjukkan sinyal pemulihan.

3. Tantangan Eksternal Masih Membayangi, Tapi Potensi Pemulihan Terbuka

Sempat terjadi tekanan di pertengahan pekan, tepatnya pada Kamis, 24 April 2025, di mana IHSG terkoreksi sebesar 0,32% atau turun 20,89 poin ke level 6.613. Saat itu, investor asing melakukan net sell sebesar Rp 514,65 miliar. Meski begitu, koreksi tersebut dinilai hanya bersifat sementara. Menurut pengamat pasar modal dan Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, tekanan jual dari asing lebih disebabkan oleh ketidakpastian global terkait kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Namun ia optimistis situasi ini tidak akan berlangsung lama, mengingat adanya sinyal fleksibilitas dari pihak AS dalam merumuskan ulang kebijakan perdagangan internasional.

4. Sentimen Domestik Jadi Penopang Kuat

Di tengah tekanan eksternal, sentimen domestik menjadi faktor kunci yang menjaga kestabilan pasar saham. Kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% dinilai memberikan stabilitas terhadap nilai tukar rupiah, sekaligus menjaga daya tarik pasar keuangan Indonesia. Selain itu, keputusan BEI dan OJK yang menunda implementasi short selling hingga September 2025 turut memberikan ruang napas bagi pelaku pasar, terutama investor ritel. Langkah ini dianggap sebagai kebijakan akomodatif yang mampu menciptakan rasa aman bagi investor untuk kembali aktif di pasar.

5. Optimisme Terhadap Arah Pasar Kedepan

Dengan berbagai faktor pendukung baik dari sisi kebijakan domestik maupun sinyal positif dari investor asing, potensi pembentukan tren beli bersih (net foreign buy) secara berkelanjutan mulai terlihat. Kepercayaan investor terhadap stabilitas makroekonomi dan prospek pertumbuhan emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia diharapkan terus meningkat. Meski pasar masih harus waspada terhadap dinamika global, terutama dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat, arah pemulihan IHSG dalam jangka menengah tetap terbuka lebar. Momentum ini bisa menjadi peluang strategis bagi investor untuk melakukan akumulasi saham-saham berfundamental kuat.

Fenomena Terkini






Trending