RI Belum Akan Ekspor Beras: Ini Alasan Pemerintah Fokus Tambah Cadangan Pangan

29 April 2025 19:10 WIB
kepala-badan-pangan-nasional-arief-prasetyo-adi_43.jpeg

1. Pemerintah Tegaskan Belum Ada Rencana Ekspor Beras

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada rencana mengekspor beras ke luar negeri. Meskipun sempat muncul pernyataan dari Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan siap menyalurkan beras ke negara lain atas dasar kemanusiaan, kebijakan ekspor belum akan direalisasikan dalam waktu dekat.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan bahwa fokus pemerintah saat ini adalah menjaga dan menambah Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk menghadapi kemungkinan gejolak di dalam negeri. CPP berperan penting sebagai instrumen intervensi pemerintah dalam menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pangan di pasaran.

2. Kebutuhan Nasional Prioritas Utama

Arief menjelaskan bahwa kebutuhan nasional beras mencapai 30,5 juta ton per tahun, dan saat ini pemerintah memiliki cadangan sekitar 3,5 juta ton. Jumlah tersebut diharapkan cukup jika produksi dalam negeri berjalan normal.

“Kalau panennya normal saja, sampai 2026 atau 2027 insyaallah aman. Tapi kita tidak bisa prediksi hal-hal tak terduga. Itulah pentingnya cadangan pangan,” jelas Arief saat ditemui di kantor Bapanas, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Arief juga menambahkan bahwa pemerintah tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan ekspor. Meskipun secara kuantitas cadangan beras saat ini cukup tinggi, produksi beras tidak meningkat secara merata sepanjang tahun, sehingga dibutuhkan cadangan yang solid untuk mengisi kekurangan di musim paceklik.

3. Pernyataan Prabowo: Dorongan dari Prinsip Kemanusiaan

Mengenai pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang mengizinkan ekspor beras, Arief memberikan penjelasan bahwa hal tersebut berdasarkan prinsip solidaritas internasional. Presiden menaruh perhatian besar terhadap negara-negara tetangga yang sedang mengalami kekurangan pasokan pangan, dan menyampaikan kesiapan Indonesia untuk membantu jika situasi di dalam negeri sudah sangat stabil.

“Pak Presiden itu punya kepekaan kemanusiaan tinggi. Tapi kami juga tahu, Pak Menteri Pertanian sudah menyarankan agar diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri dulu,” kata Arief.

Presiden Prabowo bahkan menyatakan bahwa ekspor beras tidak perlu berorientasi pada keuntungan besar. Yang penting, ongkos produksi dan logistik bisa kembali.

“Saya izinkan, kirim beras ke mereka, sekarang kalau perlu. Dasarnya kemanusiaan. Jangan terlalu cari untung besar,” ucap Prabowo dalam peluncuran Gerakan Indonesia Menanam di Banyuasin, Sumsel, 23 April 2025.

4. Beberapa Negara Sudah Minta Pasokan dari Indonesia

Meski belum disebutkan secara resmi, beberapa negara telah menyatakan minat untuk mengimpor beras dari Indonesia. Presiden Prabowo menyebut bahwa negara-negara sahabat mulai melakukan pendekatan diplomatik, menyusul ketatnya pasokan beras global dan naiknya harga beras di pasar dunia.

“Ada laporan dari Menteri Pertanian dan Menko Pangan. Beberapa negara minta kita kirim beras,” ungkap Prabowo.

Namun, permintaan itu belum bisa langsung diakomodasi karena pemerintah masih akan mengkaji stok, proyeksi panen, serta kebutuhan jangka panjang dalam negeri.

5. Evaluasi Produksi dan Distribusi Masih Jadi Fokus

Ke depan, pemerintah akan terus mengevaluasi kondisi produksi dalam negeri dan distribusi beras di berbagai daerah. Selain menjaga stabilitas harga, program bantuan pangan dan intervensi pasar oleh Bulog juga tetap dijalankan agar masyarakat, khususnya yang rentan, dapat menjangkau harga beras yang wajar.

Arief mengingatkan bahwa strategi distribusi beras nasional saat ini mengikuti prinsip “cup and fill” dalam konstruksi. Artinya, jika stok sedang berlebih, sebagian dapat dikosongkan untuk diisi kembali saat musim panen.

Fenomena Terkini






Trending