1. Kebijakan Tarif Baru Picu Gejolak Harga
Kuatbaca.com - Warga Amerika Serikat kini harus membayar lebih mahal untuk produk-produk murah dari China yang dijual melalui platform e-commerce Temu. Hal ini terjadi setelah perusahaan asal Tiongkok tersebut mulai membebankan tarif impor hingga 145% kepada pelanggannya di AS. Kebijakan ini bukan hanya mengejutkan konsumen, tapi juga menjadi sorotan dalam dinamika perdagangan global yang terus memanas.
Kenaikan harga ini bukan tanpa sebab. Temu menyatakan bahwa biaya impor kini masuk langsung dalam struktur harga barang yang mereka tawarkan. Misalnya, sebuah gaun musim panas yang sebelumnya hanya dibanderol sekitar USD 18, kini naik menjadi lebih dari USD 44 setelah ditambahkan tarif. Kenaikannya bahkan mencapai 142% dalam beberapa kasus. Produk lain seperti pakaian renang anak-anak pun mengalami lonjakan harga serupa.
2. Strategi Responsif Terhadap Tekanan Perdagangan
Langkah Temu ini merupakan reaksi terhadap kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat terhadap barang-barang impor dari China. Di tengah ketegangan dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia, banyak platform asal China mulai melakukan penyesuaian operasional demi tetap bisa bertahan di pasar internasional.
Temu secara terbuka menyatakan bahwa kenaikan harga dilakukan agar mereka tetap bisa menyediakan produk berkualitas dengan harga terjangkau, meski beban operasional meningkat tajam akibat tarif impor. Tarif ini mencakup berbagai biaya bea cukai, pengolahan, hingga pajak masuk yang kini dialihkan ke pembeli akhir.
3. Perbandingan Sikap dengan Kompetitor
Di sisi lain, platform serupa seperti Shein mengambil pendekatan berbeda. Meski menaikkan harga, mereka tidak secara eksplisit mencantumkan biaya impor terpisah. Hal ini menciptakan persepsi yang berbeda di mata konsumen. Jika Temu menyertakan tarif secara transparan di halaman produk, Shein justru menyatakan bahwa semua biaya sudah termasuk dalam harga final yang ditampilkan.
Perbedaan strategi penetapan harga ini bisa memengaruhi keputusan belanja konsumen, terutama mereka yang sensitif terhadap biaya tambahan atau kurang memahami kebijakan tarif internasional.
4. Popularitas Temu Mulai Merosot
Setelah sempat merajai pasar e-commerce AS sejak pertama kali hadir pada 2022, Temu kini mulai mengalami penurunan popularitas. Aplikasi ini yang sebelumnya berada di peringkat 10 besar di toko aplikasi iOS, kini merosot ke posisi 73. Salah satu penyebabnya adalah turunnya aktivitas promosi dan iklan digital yang biasanya agresif mereka jalankan.
Berkurangnya iklan Temu juga terjadi bersamaan dengan tekanan ekonomi akibat kebijakan dagang terbaru. Biaya promosi yang tinggi, ditambah dengan ketidakpastian aturan perdagangan, membuat banyak perusahaan e-commerce berpikir ulang untuk menggelontorkan dana besar dalam promosi digital.
5. Dampak Jangka Panjang Bagi Konsumen dan Pasar
Keputusan Temu untuk meneruskan beban tarif ke konsumen akan memicu efek domino di pasar e-commerce global. Banyak pengguna yang sebelumnya tergiur harga miring, kini mulai membandingkan kembali dengan harga di platform lain seperti Amazon atau Walmart. Jika perbedaan harga tak lagi signifikan, maka daya tarik Temu sebagai alternatif murah bisa memudar.
Selain itu, langkah Temu ini juga bisa menjadi sinyal awal bahwa era barang impor super murah dari China bisa segera berakhir, terutama jika ketegangan dagang antara AS dan China terus berlanjut. Konsumen mungkin harus membiasakan diri dengan harga yang lebih tinggi atau mulai mencari alternatif lokal untuk kebutuhan sehari-hari.
6. Apa yang Bisa Diharapkan Ke Depan?
Jika pemerintahan AS tetap melanjutkan kebijakan tarif tinggi untuk produk dari China, platform seperti Temu, Shein, dan lainnya harus memikirkan ulang strategi bisnis mereka. Penyesuaian tidak hanya soal harga, tetapi juga bagaimana mereka bisa memberikan nilai tambah di luar sekadar murah—entah dari segi kecepatan pengiriman, layanan purna jual, hingga kualitas produk yang lebih kompetitif.
Bagi konsumen, penting untuk lebih teliti dalam membaca rincian harga dan memahami struktur biaya baru yang muncul dalam belanja lintas negara. Transparansi dalam harga akan menjadi nilai tambah, tetapi juga bisa menjadi pedang bermata dua jika tidak dibarengi dengan edukasi kepada pengguna.