Uang Beredar Indonesia per Mei 2025 Tembus Rp 9.406 Triliun: Apa Dampaknya?

23 June 2025 12:46 WIB
ilustrasi-bank-indonesia-5_169.jpeg

Kuatbaca.com - Perkembangan jumlah uang yang beredar di Indonesia menjadi salah satu indikator penting dalam membaca kondisi perekonomian nasional. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa hingga Mei 2025, uang beredar dalam arti luas (M2) telah mencapai Rp 9.406,6 triliun, meningkat 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).

1. Pertumbuhan Uang Beredar Melambat Dibanding Bulan Sebelumnya

Meski terjadi peningkatan, pertumbuhan M2 pada Mei 2025 tercatat melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,2 persen. Perlambatan ini mencerminkan adanya tekanan di sektor ekonomi riil, terutama dari sisi permintaan dan pembiayaan.

BI merinci bahwa perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan uang kuasi, yakni simpanan berjangka dan tabungan masyarakat yang cenderung stagnan, hanya tumbuh 1,5 persen secara tahunan. Sebaliknya, komponen uang beredar sempit (M1) yang terdiri dari uang kartal dan giro justru tumbuh lebih tinggi, yakni sebesar 6,3 persen (yoy).

2. Penyaluran Kredit Masih Tumbuh, Meski Mulai Menurun

Salah satu pendorong utama pertumbuhan M2 adalah penyaluran kredit perbankan, yang pada Mei 2025 tumbuh sebesar 8,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Angka ini memang sedikit lebih rendah dibanding bulan April yang mencatat pertumbuhan kredit 8,5 persen, namun tetap menunjukkan tren positif.

Fakta ini menunjukkan bahwa sektor perbankan masih memiliki keyakinan untuk menyalurkan kredit, baik kepada dunia usaha maupun konsumsi rumah tangga. Sektor produktif seperti manufaktur, konstruksi, dan perdagangan masih menjadi motor utama permintaan kredit.

3. Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Mengalami Kontraksi

Faktor lain yang memengaruhi dinamika M2 adalah tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Pada Mei 2025, indikator ini justru mengalami kontraksi tajam hingga 25,7 persen secara tahunan. Kontraksi ini melanjutkan tren negatif dari bulan sebelumnya yang mencatat penurunan 21 persen.

Penurunan ini menandakan adanya pengetatan fiskal atau pengurangan aktivitas penarikan dana oleh pemerintah dari sistem perbankan. Hal ini bisa menjadi bagian dari strategi pengelolaan defisit anggaran atau pengendalian inflasi yang terukur.

4. Aktiva Luar Negeri Bersih Naik, Cerminkan Stabilitas Eksternal

Dari sisi eksternal, aktiva luar negeri bersih meningkat sebesar 3,9 persen (yoy), naik dari 3,6 persen pada April. Kenaikan ini merupakan sinyal positif bagi stabilitas eksternal Indonesia, mencerminkan posisi cadangan devisa yang tetap kuat serta aliran modal asing yang relatif stabil.

Kondisi ini juga didukung oleh kinerja neraca perdagangan yang tetap surplus, serta penguatan nilai tukar rupiah yang menjaga daya beli masyarakat terhadap barang-barang impor.

5. Implikasi Terhadap Inflasi dan Stabilitas Ekonomi Nasional

Pertumbuhan M2 yang tetap positif namun cenderung melambat bisa diartikan sebagai indikasi normalisasi ekonomi, di tengah upaya Bank Indonesia mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas moneter. Meski tekanan global masih terasa akibat gejolak geopolitik dan tren suku bunga tinggi di negara maju, Indonesia masih berada dalam jalur pertumbuhan yang sehat.

Pengawasan terhadap pergerakan uang beredar sangat penting, karena terlalu banyak uang di pasar dapat mendorong inflasi, sedangkan pertumbuhan yang terlalu lambat dapat memperlambat pemulihan ekonomi. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter pun terus menyeimbangkan antara stimulus pertumbuhan dan pengendalian harga.

Fenomena Terkini






Trending