Olympique Lyon Terdegradasi ke Ligue 2: Sanksi Finansial yang Mengundang Tanda Tanya

Kuatbaca.com - Kabar mengejutkan datang dari jagat sepak bola Prancis. Klub legendaris Olympique Lyonnais (OL), yang telah mengoleksi tujuh gelar Ligue 1, kini harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka akan bermain di kasta kedua musim depan. Penyebabnya bukan karena performa buruk di lapangan, melainkan masalah finansial yang berujung pada hukuman degradasi administratif.
1. DNGC Jatuhkan Sanksi Degradasi karena Masalah Keuangan
Direktorat Nasional Pengendalian Manajemen (DNGC), otoritas keuangan sepak bola Prancis, menjatuhkan sanksi tegas kepada Lyon setelah menilai klub gagal memenuhi kewajiban finansial yang telah ditentukan. Utang sebesar 175 juta euro menjadi pokok permasalahan yang membebani neraca keuangan klub. Meski sudah diberi tenggat waktu sejak November 2024 untuk melakukan perbaikan, DNGC menilai langkah-langkah yang diambil Lyon belum cukup untuk menjamin kestabilan finansial klub di masa depan.
2. Upaya Lyon Menyelamatkan Keuangan Klub
Menyadari ancaman sanksi tersebut, manajemen Lyon tidak tinggal diam. Berbagai langkah strategis telah dilakukan, mulai dari menjual saham di klub Liga Inggris Crystal Palace—yang dimiliki oleh John Textor, pemilik Lyon—hingga melakukan penjualan pemain kunci seperti Rayan Cherki ke Manchester City. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan kas klub dan menutup kekurangan dana yang diperlukan agar tetap memenuhi standar keuangan Ligue 1. Namun, tampaknya DNGC tetap berpegang pada data dan hasil audit keuangan terbaru, yang dianggap belum memadai.
3. Respons Keras Olympique Lyon atas Sanksi Degradasi
Keputusan degradasi ini menuai respons keras dari pihak klub. Lyon menilai bahwa hukuman ini tidak masuk akal, terutama mengingat mereka merasa telah memenuhi semua tuntutan otoritas keuangan. Dalam pernyataan resmi klub, Lyon menegaskan bahwa mereka telah mengucurkan investasi ekuitas dari para pemegang saham dan membuktikan adanya peningkatan signifikan dalam kas klub. Selain itu, keberhasilan mereka lolos ke kompetisi Eropa selama dua musim berturut-turut dianggap sebagai bukti bahwa klub memiliki landasan yang kuat untuk bertahan di Ligue 1.
4. Banding Menjadi Jalan Terakhir Lyon
Menanggapi keputusan ini, Olympique Lyon segera mengambil langkah hukum dengan mengajukan banding. Klub yakin bahwa mereka memiliki bukti kuat untuk menunjukkan kemampuan finansial yang cukup guna melanjutkan kiprah di kasta tertinggi sepak bola Prancis. Upaya banding ini bukan hanya demi menyelamatkan musim depan, tetapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan yang dinilai tidak proporsional. Manajemen Lyon berharap proses banding ini bisa mengembalikan kepercayaan publik sekaligus menjaga eksistensi OL sebagai klub elit di Prancis.
5. Dampak Degradasi Terhadap Masa Depan Klub
Jika banding ini ditolak, maka musim 2025/2026 akan menjadi musim pertama sejak 1989 di mana Lyon tidak berkompetisi di Ligue 1. Sebuah pukulan besar bagi klub yang dalam dua dekade terakhir menjadi simbol kekuatan sepak bola Prancis. Dengan potensi kehilangan pendapatan besar dari hak siar dan sponsor, serta kepergian pemain-pemain kunci, masa depan Lyon dipastikan akan penuh tantangan. Posisi mereka di Ligue 1 rencananya akan digantikan oleh Stade de Reims, tim yang menempati urutan teratas klasemen bawah.