Wayne Rooney Kecewa dengan Performa Arsenal Saat Kalah dari PSG: 'Kurang Greget dan Terlalu Percaya Diri'

Kuatbaca - Atmosfer di Emirates Stadium seharusnya menjadi dorongan besar bagi Arsenal saat menjamu Paris Saint-Germain dalam leg pertama semifinal Liga Champions 2025. Namun, kenyataan berkata lain. Alih-alih tampil agresif dan menekan, The Gunners justru takluk dengan skor tipis 0-1. Gol semata wayang dari Ousmane Dembele pada laga tersebut seolah jadi tamparan keras untuk skuad Mikel Arteta yang sebelumnya begitu percaya diri usai menyingkirkan Real Madrid.
Meski hanya kalah satu gol, permainan Arsenal tak mencerminkan tim yang sedang berjuang untuk meraih tiket ke final Liga Champions. Dominasi permainan bahkan condong ke kubu tamu. PSG tampil solid, efektif, dan disiplin dalam menjalankan taktik mereka—sesuatu yang diakui oleh banyak pihak sebagai faktor penentu kemenangan malam itu.
Statistik Tak Berpihak, PSG Lebih Tajam dan Efisien
Secara statistik, pertandingan memang berlangsung cukup berimbang di atas kertas. Arsenal mencatatkan 49 persen penguasaan bola, sementara PSG sedikit unggul. Tapi data tak selalu mencerminkan realita di lapangan. Dalam hal peluang, PSG lebih tajam dan efisien. Mereka melakukan 11 tembakan, dengan empat mengarah ke gawang. Sebaliknya, Arsenal hanya mampu membalas dengan 10 percobaan, meski lima di antaranya tepat sasaran.
Tembakan yang tak membuahkan gol, serta minimnya kreativitas di sepertiga akhir lapangan, membuat Arsenal terlihat tumpul. Tidak ada agresivitas seperti yang mereka tunjukkan saat membungkam Real Madrid di babak perempatfinal. Alih-alih melanjutkan momentum, pasukan Meriam London tampak kehilangan arah dan kurang tajam dalam mengeksekusi peluang.
Wayne Rooney Soroti Penurunan Performa Arsenal
Legenda sepak bola Inggris, Wayne Rooney, tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya terhadap penampilan Arsenal. Dalam analisisnya usai laga, Rooney menyebut bahwa tim asuhan Arteta bermain terlalu datar dan seolah-olah merasa sudah pasti melangkah ke final. Menurut mantan striker Manchester United itu, PSG bisa saja mencetak dua hingga tiga gol tambahan jika lebih klinis dalam memanfaatkan ruang.
Rooney juga mengkritik atmosfer dari pendukung Arsenal yang menurutnya kurang menggelora. Ekspektasi tinggi yang sebelumnya mengiringi perjalanan Arsenal di kompetisi ini justru berbanding terbalik dengan performa mereka di semifinal leg pertama. Kekalahan ini tak hanya menggoyahkan semangat tim, tapi juga membuka mata bahwa semifinal Liga Champions bukanlah panggung untuk kepercayaan diri yang berlebihan.
Laga Hidup Mati Menanti di Paris
Kini, Arsenal harus menatap leg kedua dengan penuh kewaspadaan. Kekalahan di kandang sendiri membuat tugas mereka di Parc des Princes jauh lebih berat. PSG, dengan keunggulan agregat 1-0, hanya perlu hasil imbang untuk melenggang ke final. Sebaliknya, Arsenal wajib menang dengan selisih minimal dua gol untuk bisa membalikkan keadaan.
Pertandingan di Paris pada 8 Mei 2025 mendatang akan menjadi ujian terbesar Arsenal musim ini. Mereka harus memperbaiki tempo permainan, meningkatkan intensitas serangan, dan tampil tanpa rasa takut. Jika tidak, mimpi mengangkat trofi Liga Champions musim ini bisa kandas begitu saja di tangan wakil Prancis yang semakin percaya diri.
Kekalahan ini menjadi alarm keras bagi Mikel Arteta dan para pemainnya. Tidak cukup hanya tampil dominan di liga domestik atau menyingkirkan tim besar seperti Real Madrid. Di tahap ini, setiap pertandingan adalah final. Mentalitas juara dan determinasi untuk terus menekan hingga peluit akhir menjadi aspek yang harus dimiliki tim manapun yang ingin mencicipi kejayaan Eropa.
Pertanyaan besar kini bergema: apakah Arsenal bisa bangkit dan menciptakan comeback bersejarah di Paris? Atau justru akan tersingkir dan menutup musim dengan rasa penyesalan? Semua akan terjawab dalam laga leg kedua yang diyakini akan berlangsung panas, ketat, dan penuh drama.