Satelit Soviet Kosmos 482 Diprediksi Jatuh ke Bumi, Indonesia Berpotensi Terkena Dampaknya

5 May 2025 19:40 WIB
2f5fb3fb-263b-4088-99f0-dff149129f66.jpeg

1. Satelit Kosmos 482 Berumur 53 Tahun Siap Jatuh ke Bumi

Kuatbaca.com - Sebuah wahana antariksa peninggalan era Uni Soviet, bernama Kosmos 482, kini menjadi sorotan dunia. Satelit yang telah mengorbit Bumi sejak tahun 1972 ini diperkirakan akan jatuh dalam waktu dekat. Kosmos 482 awalnya dibuat sebagai bagian dari misi eksplorasi planet Venus, namun gagal mencapai tujuannya dan terjebak dalam orbit elips di sekitar Bumi selama lebih dari setengah abad.

2. Misi Gagal Menuju Venus, Berakhir Jadi Sampah Antariksa

Kosmos 482 merupakan bagian dari program Venera yang dirancang untuk mendarat di permukaan Venus dan mengumpulkan data ilmiah. Sayangnya, kegagalan teknis membuat wahana ini tidak pernah keluar dari orbit Bumi. Sejak Maret 1972, satelit ini telah menjadi sampah antariksa berukuran besar yang terus mengorbit sambil perlahan kehilangan ketinggiannya akibat hambatan atmosfer.

3. Prediksi Jatuh: 7 hingga 13 Mei 2025

Berdasarkan data dari jaringan radar pemantau sampah antariksa internasional, Kosmos 482 diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam rentang waktu antara 7 hingga 13 Mei 2025. Dengan bobot total sekitar 1,2 ton dan bagian terkuatnya wahana pendarat seberat 0,5 ton diprediksi masih utuh saat mencapai permukaan Bumi, ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi kerusakan jika jatuh di wilayah berpenghuni.

4. Indonesia Termasuk Wilayah Berisiko Terdampak

Profesor Thomas Djamaluddin, pakar astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebut bahwa Indonesia berada dalam lintasan jatuhnya satelit tersebut. Hal ini disebabkan karena orbit Kosmos 482 melewati berbagai wilayah lintang yang mencakup kawasan Nusantara. Namun, ia juga menekankan bahwa meskipun Indonesia berpotensi terkena, probabilitas benda ini jatuh tepat di area pemukiman sangat kecil.

5. Kemungkinan Jatuh di Laut atau Hutan Lebih Tinggi

Dengan luasnya permukaan Bumi yang terdiri atas 70% lautan dan wilayah tak berpenghuni, kemungkinan Kosmos 482 jatuh di daerah terpencil sangat besar. Menurut Profesor Thomas, objek luar angkasa seperti ini biasanya akan terbakar sebagian saat memasuki atmosfer, dan hanya bagian tertentu yang tahan panas seperti logam padat yang bisa sampai ke permukaan.

6. Ketidakpastian Masih Tinggi, Pemantauan Terus Dilakukan

Salah satu tantangan terbesar dalam memprediksi jatuhnya satelit adalah fluktuasi hambatan atmosfer yang mempengaruhi kecepatan turunnya satelit. Profesor Thomas menegaskan bahwa faktor atmosfer sulit diprakirakan dengan akurat, sehingga baik waktu maupun lokasi jatuhnya objek ini masih memiliki ketidakpastian yang besar. Oleh sebab itu, data orbit satelit terus diperbarui secara berkala untuk mempersempit prediksi.

7. Masyarakat Diminta Tetap Tenang dan Waspada

Meski kabar ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat, BRIN menegaskan bahwa tidak perlu panik. Peluang seseorang terkena serpihan satelit seperti ini sangat kecil, bahkan diperkirakan satu banding ratusan juta. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan jika ada informasi lebih lanjut mengenai lokasi jatuh yang lebih spesifik mendekati waktu kejadian.

8. Kasus Serupa Pernah Terjadi Sebelumnya

Jatuhnya benda antariksa ke Bumi bukanlah hal baru. Kasus serupa pernah terjadi, seperti jatuhnya bagian roket Tiongkok pada tahun-tahun sebelumnya. Untungnya, sebagian besar jatuh di lautan atau wilayah tak berpenghuni. Meski demikian, penting bagi dunia untuk lebih serius mengelola sampah antariksa yang jumlahnya terus meningkat dan mengancam keselamatan Bumi dalam jangka panjang.

9. Satelit Kosmos 482 dan Urgensi Regulasi Sampah Antariksa

Fenomena ini menambah urgensi pembentukan kebijakan global tentang pengelolaan sampah antariksa. Banyak negara, termasuk Indonesia, mendukung kerja sama internasional dalam pemantauan objek luar angkasa yang sudah tidak aktif dan berisiko jatuh. Satelit seperti Kosmos 482 menjadi pengingat bahwa apa yang dikirim ke luar angkasa tidak bisa dibiarkan mengorbit tanpa kontrol dalam jangka panjang.

pengetahuan

Fenomena Terkini






Trending