Peluang Pertemuan Megawati, SBY, dan Jokowi: Apakah Mungkin Terjadi?

Kuatbaca.com - Isu mengenai kemungkinan pertemuan antara tiga tokoh besar Indonesia, yaitu Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo (Jokowi), terus menjadi bahan perbincangan di dunia politik Indonesia. Meski terdengar menarik, sejumlah pihak merasa bahwa pertemuan antara ketiganya sangat kecil peluangnya. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, mengungkapkan pandangannya terkait peluang ini. Menurutnya, pertemuan tersebut hampir mustahil terjadi, bahkan hingga akhir zaman sekalipun.
Perpecahan dan ketegangan politik yang sudah lama terjadi di antara mereka menjadi alasan utama mengapa pertemuan tersebut dirasa sangat sulit. Terutama setelah Pilpres 2024, di mana dinamika politik semakin tajam antara Megawati, yang merupakan Ketua Umum PDIP, dengan Jokowi, yang pernah menjadi anggota partai tersebut. Sementara itu, hubungan Megawati dengan SBY sudah lama merenggang, bahkan sejak masa SBY menjabat sebagai menteri di pemerintahan Gus Dur dan Megawati.
1. Sejarah Ketegangan Politik yang Membayangi Ketiga Tokoh
Ketegangan hubungan politik antara Megawati dan SBY memang bukan hal baru. Sejak SBY menjadi menteri di era pemerintahan Gus Dur-Megawati, sudah terlihat adanya ketegangan yang mencuat, bahkan lebih jelas ketika SBY memutuskan untuk mendirikan Partai Demokrat. Keputusan tersebut kemudian mengarah pada perbedaan arah politik yang semakin tajam antara kedua tokoh tersebut.
Sementara itu, hubungan antara Megawati dan Jokowi juga tak lepas dari kontestasi politik yang terjadi pada Pemilihan Presiden 2024. Megawati yang dulunya mendukung Jokowi, kini harus menghadapi kenyataan bahwa sang presiden terpilih dari PDIP justru berada di luar garis politik yang ia harapkan. Adi Prayitno menyebutkan bahwa meskipun mereka sering mengatakan tidak ada masalah, pada kenyataannya komunikasi antara ketiga tokoh ini sudah "tertutup rapat", membuat pertemuan antara mereka sangat sulit terwujud.
2. Inisiatif Pertemuan yang Gagal Terwujud: Faktor Prabowo Subianto
Meski telah ada berbagai inisiatif untuk mempertemukan ketiga tokoh tersebut, sejauh ini upaya tersebut belum membuahkan hasil. Salah satu inisiatif datang dari Presiden Prabowo Subianto, yang mencoba menjembatani pertemuan antara Megawati, SBY, dan Jokowi. Beberapa upaya dilakukan, seperti pada saat perayaan ulang tahun Gerindra di Sentul dan peluncuran Danantara di Istana Negara. Namun, hingga kini, ketiga tokoh tersebut belum juga bertemu secara langsung.
Menurut Adi Prayitno, meski hubungan antara Jokowi dan SBY terbilang "datar", keduanya belum pernah benar-benar bertemu atas inisiatif mereka sendiri. Jika pun mereka bertemu, itu biasanya karena mediasi atau dorongan dari pihak lain, seperti Prabowo Subianto. Situasi ini memperlihatkan bahwa meskipun tidak ada konfrontasi terbuka, hubungan antara Jokowi dan SBY tidak cukup kuat untuk memfasilitasi pertemuan yang lebih akrab atau bersahabat di luar urusan politik.
3. Komunikasi yang Sudah Tertutup: Pintu Silaturahmi yang Tertutup Rapat
Dalam pandangan Adi Prayitno, meskipun ketiga tokoh tersebut sering mengklaim tidak ada masalah antara mereka, kenyataannya hubungan komunikasi di antara mereka telah terputus. Adi menyebutkan bahwa pintu komunikasi dan silaturahmi di antara mereka sudah tertutup rapat, bahkan seolah digembok dan dicor. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun politik Indonesia mengharuskan adanya kerjasama antara berbagai pihak, ketegangan pribadi dan politik yang ada telah menciptakan jarak yang besar di antara mereka.
Konflik-konflik politik masa lalu, ditambah dengan dinamika kepentingan politik yang terus berubah, menjadi hambatan besar bagi terwujudnya pertemuan tersebut. Bagi banyak orang, hal ini mencerminkan betapa sulitnya mencapai kesepakatan politik yang melibatkan tokoh-tokoh dengan kepentingan yang sangat berbeda, bahkan jika itu dilakukan untuk kebaikan bangsa.
4. Anak-anak Tokoh Politik: Tidak Terpengaruh dengan Konflik Orang Tua Mereka
Meskipun hubungan politik antara Megawati, SBY, dan Jokowi penuh dengan ketegangan, hubungan pribadi antara anak-anak mereka justru menunjukkan sebaliknya. Pada momen tertentu, anak-anak dari para pemimpin tersebut terlihat berkumpul bersama tanpa ada tanda-tanda permusuhan atau ketegangan yang terlihat. Salah satu contoh yang disorot adalah saat anak-anak Presiden RI berkumpul di ulang tahun Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketegangan politik di kalangan para orang tua mereka, generasi berikutnya tampaknya tidak terpengaruh oleh hal tersebut. Ini menjadi pertanda bahwa meskipun politik bisa sangat tajam, hubungan pribadi tetap bisa terjaga meskipun tidak ada kesepahaman politik di antara para tokoh senior.