Riezky Aprilia Bongkar Ketegangan dengan Hasto Kristiyanto: “Anda Sekjen, Bukan Tuhan!”

7 May 2025 15:14 WIB
riezky-aprilia-bersaksi-di-sidang-hasto-1746592308266_169.jpeg

Kuatbaca.com - Dalam lanjutan sidang kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan terkait buron Harun Masiku, muncul pengakuan mengejutkan dari eks anggota DPR RI Fraksi PDIP, Riezky Aprilia. Ia mengisahkan momen panas ketika dirinya didesak mundur dari pencalegan dan terlibat adu argumen sengit dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

1. Awal Mula Ketegangan: Diminta Mundur Tanpa Alasan Jelas

Riezky mengungkapkan bahwa pada akhir September 2019, ia dipanggil untuk bertemu Hasto di sebuah pertemuan tertutup. Dalam pertemuan itu, ia diminta mundur dari pencalegan untuk Dapil 1 Sumatera Selatan. Namun, yang membuatnya tertekan adalah tidak adanya alasan logis mengapa ia harus melepaskan posisi tersebut.

Sebagai seorang kader yang telah bekerja keras membesarkan partai di dapilnya, Riezky merasa dirinya layak dipertahankan, bukan justru diminta mundur diam-diam.

2. Hasto Gebrak Meja, Riezky Melawan: “Saya Melawan Anda, Bukan Partai”

Ketegangan memuncak saat Hasto menyatakan bahwa perintah untuk mundur adalah keputusan partai. Riezky yang sudah kelelahan dan merasa diperlakukan tidak adil, bereaksi keras. Ia menyampaikan bahwa akan bersedia mundur hanya jika mendengar langsung dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Pernyataan ini memicu kemarahan Hasto. Dalam suasana emosional, Hasto disebut menggebrak meja dan menyatakan otoritasnya sebagai Sekjen Partai. Di saat itulah Riezky berdiri dan menyampaikan kalimat yang kini viral:

“Saya tahu Anda Sekjen, tapi Anda bukan Tuhan.”

Kalimat itu disebutnya sebagai bentuk perlawanan terhadap perlakuan tidak manusiawi, bukan pembangkangan terhadap partai.

3. Dilerai dan Meninggalkan Ruangan

Situasi semakin panas hingga salah satu kader senior PDIP, Komarudin Watubun, turun tangan untuk melerai. Riezky kemudian memilih untuk meninggalkan ruangan pertemuan tersebut, dalam kondisi emosional dan merasa dipaksa tunduk pada keputusan yang tidak transparan.

Ia mengakui bahwa sejak momen itu, hubungan dan posisi politiknya di tubuh PDIP menjadi tidak menentu.

4. Tidak Pernah Bertemu Megawati Secara Langsung

Meski sempat menyatakan akan menunggu perintah langsung dari Ketua Umum, hingga hari ini Riezky mengaku belum pernah diberi akses untuk bertemu langsung dengan Megawati Soekarnoputri. Hal ini menimbulkan pertanyaan lebih jauh tentang seberapa besar peran Sekjen dalam mengambil keputusan krusial tanpa konfirmasi dari pemimpin tertinggi partai.

5. Konteks Sidang: Hasto Didakwa Hambat Penangkapan Harun Masiku

Kisah ini mencuat di tengah sidang kasus yang menyeret nama Hasto Kristiyanto dalam dugaan upaya menghalangi penyidikan KPK atas buron Harun Masiku. Hasto didakwa bersama beberapa orang kepercayaannya melakukan tindakan yang menghambat proses hukum, serta terlibat dalam pemberian suap kepada eks Komisioner KPU, Wahyu Setiawan.

Skema dugaan korupsi ini disebut berkaitan dengan upaya penggantian antar waktu (PAW) yang diduga hendak memuluskan Harun Masiku menjadi anggota DPR menggantikan Riezky Aprilia.

6. Dinamika Politik Internal PDIP Diungkap Terbuka

Persidangan ini tidak hanya mengungkap dugaan korupsi, tetapi juga membuka tabir konflik internal dan dinamika otoriter dalam tubuh partai politik besar seperti PDIP. Riezky menjadi salah satu figur yang berani bersuara, meski harus berhadapan langsung dengan elite partai.

Sikapnya yang tegas dalam menghadapi tekanan dari atasannya menuai simpati dan dianggap sebagai simbol perlawanan kader terhadap ketidakadilan dalam partai.

Ketika Suara Kader Diabaikan

Kesaksian Riezky Aprilia dalam sidang ini menjadi peringatan bahwa suara kader di akar rumput kerap kali tak mendapat ruang di tengah dominasi elit partai. Ia berani bersuara bukan karena membenci partai, tapi karena mencintainya dan tidak ingin nilai-nilai keadilan internal terkikis.

Jika partai politik ingin terus hidup sehat dalam demokrasi, mereka perlu membuka ruang kritik, mendengar aspirasi kadernya, dan tidak membiarkan loyalitas menjadi alat pembungkam suara keadilan.

Fenomena Terkini






Trending