Kuatbaca - Perjalanan Liu Jingkang, sosok di balik merek kamera aksi terkenal Insta360, kini menorehkan babak baru dalam dunia bisnis global. Dalam usia yang baru menginjak 33 tahun, ia resmi menyandang status sebagai miliarder, setelah saham perusahaannya melesat tajam dalam debut perdananya di Bursa Efek Shanghai. Lonjakan harga saham tersebut membuat kekayaan Liu naik drastis dan kini mencapai kisaran Rp 45 triliun.
Langkah Insta360 melantai di papan STAR Market—yang diperuntukkan bagi perusahaan teknologi tinggi di China—terbukti mengesankan. Saham perusahaan yang dikelola di bawah bendera Arashi Vision itu melonjak hampir empat kali lipat dari harga awal IPO. Dalam hitungan hari, valuasi Insta360 langsung melesat hingga mendekati angka Rp 162 triliun.
Insta360 bukan sekadar produsen kamera biasa. Perusahaan ini terkenal berkat inovasi di segmen kamera 360 derajat, kamera aksi, hingga perangkat lunak pengeditan video berbasis AI. Produk-produk seperti Insta360 X3 dan GO Series telah menjadi pilihan populer di kalangan kreator konten dan vlogger global. Bahkan, banyak yang menyebut Insta360 sebagai penantang serius dari brand kawakan seperti GoPro dan DJI.
Dukungan pasar global menjadi fondasi utama pertumbuhan perusahaan. Di tahun 2024, sekitar 76% dari pendapatan Insta360 berasal dari penjualan luar negeri. Amerika Serikat menjadi kontributor terbesar, diikuti oleh Eropa dan Jepang. Total pendapatan tahunan perusahaan pun menembus hampir US$ 780 juta, naik lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya, dan menghasilkan laba bersih hampir 1 triliun yuan.
Liu Jingkang, yang kerap dipanggil JK, mengawali segalanya dari ketertarikannya terhadap teknologi visual dan kamera digital. Berbekal latar belakang pendidikan ilmu komputer dari Universitas Nanjing, ia mendirikan Insta360 pada tahun 2015. Visi Liu sejak awal sederhana: menciptakan kamera portabel yang mampu menangkap pengalaman dari semua sudut pandang.
Hanya dalam waktu kurang dari satu dekade, Liu berhasil membawa perusahaannya menembus pasar global dan meraih prestasi prestisius, termasuk masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia pada 2017. Kini, dengan kepemilikan hampir 27% saham perusahaan, termasuk saham atas nama sang istri, Liu duduk di puncak sebagai salah satu miliarder termuda Asia.
Meski sukses besar diraih di bursa saham, Insta360 tidak lepas dari bayang-bayang tantangan besar. Ketegangan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat membuat masa depan ekspansi bisnis di luar negeri penuh ketidakpastian. Dalam dokumen prospektus yang dirilis saat IPO, perusahaan mengakui bahwa ketegangan geopolitik bisa berdampak pada strategi jangka panjang, terutama dalam hal rantai pasokan dan akses pasar.
Selain itu, Insta360 juga harus bersaing ketat dengan nama-nama besar seperti GoPro yang berbasis di Nasdaq dan DJI, raksasa drone asal Shenzhen yang telah mendunia. Persaingan dalam hal teknologi, kualitas produk, serta loyalitas konsumen akan menjadi pertarungan utama di tahun-tahun mendatang.
Di balik angka-angka besar dan ekspansi global, Liu tetap menekankan pentingnya visi awal perusahaannya: menyederhanakan cara orang menangkap momen dan membagikannya ke dunia. Dari produk pertamanya, Insta360 ONE X, hingga rilisan terbaru X5, evolusi teknologi yang diusung selalu mengarah pada pengalaman pengguna yang lebih canggih namun mudah diakses.
Fokus ke depan diarahkan pada pengembangan teknologi AI, peningkatan kualitas gambar, dan integrasi yang lebih dalam dengan perangkat mobile serta platform media sosial. Sebagian besar dana hasil IPO direncanakan untuk memperkuat sektor riset dan pengembangan, demi memastikan Insta360 tetap berada di garis terdepan dalam industri kamera digital.
Kisah Liu Jingkang bukan hanya tentang kekayaan dan sukses finansial. Ini adalah narasi tentang bagaimana visi jernih, kemampuan berinovasi, dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar bisa mengubah startup kecil menjadi raksasa global dalam waktu kurang dari satu dekade.
Dengan puluhan triliun rupiah di tangannya dan perusahaan yang terus berkembang secara agresif di pasar internasional, Liu kini resmi masuk dalam jajaran konglomerat muda Asia yang patut diperhitungkan di panggung dunia. Dunia teknologi kini menantikan langkah berikutnya—dan mungkin, revolusi kamera berikutnya—dari pemuda ambisius asal Nanjing ini.