Blok Masela Masih Mandek, Airlangga Tagih Komitmen Jepang soal Investasi Energi

Kuatbaca.com - Proyek raksasa Blok Masela yang digadang-gadang menjadi tulang punggung energi nasional kembali menjadi sorotan. Dalam kunjungannya ke Jepang pada 7–9 Mei 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara terbuka menagih komitmen Jepang, khususnya kepada Inpex Corporation, operator utama blok migas tersebut yang hingga kini belum menunjukkan progres signifikan.
1. Airlangga Bawa Misi Perdagangan dan Energi ke Jepang
Kunjungan kerja Airlangga ke Jepang merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba awal Januari lalu. Salah satu topik utama adalah percepatan investasi Jepang di sektor energi baru dan terbarukan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Dalam konferensi persnya di KBRI Tokyo, Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah Jepang bahkan telah menyediakan dana khusus senilai US$ 500 juta untuk mendukung inisiatif ASEAN Zero Emission Community—inisiatif kawasan untuk transisi energi bersih.
2. Blok Masela Jadi Sorotan, Tak Kunjung Produksi Setelah 26 Tahun
Meski berbagai kerja sama energi dibahas, Airlangga tak lupa menyentil proyek Blok Masela, yang hingga kini masih stagnan. Blok yang terletak di Laut Arafura, Maluku, dan dikelola oleh Inpex Corporation (65%) bersama Pertamina Hulu Energi Masela (20%) dan Petronas (15%), diketahui belum memasuki tahap produksi meski telah ditemukan cadangan gas raksasa sejak dua dekade silam.
“Dalam pertemuan Presiden Prabowo dan PM Ishiba, Blok Masela juga termasuk yang didorong. Nah, sekarang Indonesia masih menagih realisasi proyek tersebut,” tegas Airlangga.
3. Pemerintah Indonesia Siap Bertindak Tegas
Kementerian ESDM sebelumnya sudah menunjukkan ketegasannya. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Peringatan Pertama (SP-1) kepada Inpex. Peringatan tersebut menyatakan bahwa bila tidak ada progres, maka izin pengelolaan Blok Masela bisa dicabut.
“Sudah 26 tahun sejak ditemukan cadangan gas besar, tapi statusnya belum naik-naik. Kalau tidak ada progres, kita cabut izinnya,” tegas Bahlil dalam Mandiri Investment Forum, Februari 2025 lalu.
4. SKK Migas: Inpex Harus Segera Tentukan Pembeli Gas
Djoko Siswanto, Kepala SKK Migas, juga menekankan bahwa Blok Masela hanya bisa dimulai jika ada kepastian pembeli gas. Ia berharap negosiasi bisa rampung pada tahun 2025 ini agar proyek tidak terus tertunda dan bisa segera masuk tahap pengembangan (development phase).
“Iya, perusahaan yang dimaksud (dalam peringatan Bahlil) adalah Inpex,” ujar Djoko membenarkan.
5. 175 MoU Energi Bersih Disiapkan Indonesia dan Jepang
Di luar Blok Masela, Airlangga mengungkap bahwa Indonesia dan Jepang telah menyepakati lebih dari 175 Memorandum of Understanding (MoU) terkait proyek energi bersih. Proyek-proyek tersebut mencakup:
- Geothermal (panas bumi)
- Pembangkit listrik tenaga surya
- Waste to Energy
- Rehabilitasi dan pengelolaan lahan gambut
Semua proyek ini bagian dari roadmap Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emissions pada 2060.
6. Investasi Energi Bersih Vs Migas: Dua Agenda Berjalan Seiring
Meski fokus utama Jepang kini mengarah pada energi terbarukan, Indonesia tetap menginginkan proyek-proyek migas strategis seperti Blok Masela tetap mendapat prioritas. Pasalnya, transisi energi memerlukan waktu, sementara gas alam masih menjadi energi jembatan untuk menjamin ketahanan energi nasional dalam jangka menengah.
Kunjungan Airlangga ke Jepang membawa pesan tegas: Indonesia butuh kepastian dari Jepang, terutama untuk menyelesaikan proyek Blok Masela yang sudah terlalu lama mandek. Sambil menggandeng Jepang untuk proyek energi hijau ke depan, pemerintah juga menginginkan penyelesaian konkret atas investasi besar yang selama ini tertunda. Jika tak kunjung ada aksi nyata, pencabutan izin Blok Masela oleh pemerintah bukanlah sekadar ancaman.