Dampak PHK Terhadap Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Prediksi dan Tantangan di 2025

Kuatbaca.com-Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi di Indonesia diprediksi akan memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025 tercatat sebesar 4,87%, adanya PHK yang tinggi berpotensi menggerus daya beli masyarakat. Daya beli yang menurun akan mempengaruhi konsumsi masyarakat, yang merupakan salah satu pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi.
1. Maraknya PHK Berdampak pada Konsumsi Masyarakat
Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia, Erwin Gunawan Hutapea, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang meningkat akan mengurangi daya beli masyarakat. Dampak ini sudah bisa dirasakan dalam jangka pendek, di mana konsumsi masyarakat sebagai faktor utama pendorong ekonomi, akan terpengaruh. Kondisi ini akan menciptakan penurunan dalam permintaan barang dan jasa, yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
PHK yang terjadi di berbagai sektor industri tentunya akan menyebabkan ketidakstabilan bagi pekerja yang terkena dampaknya. Jika daya beli menurun, ini dapat mempengaruhi sektor lain, seperti perdagangan dan sektor jasa, yang sangat bergantung pada konsumsi domestik. Dalam situasi seperti ini, angka konsumsi masyarakat diprediksi akan terus merosot, berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi yang sebelumnya mulai menunjukkan tanda-tanda positif.
2. Pengaruh Global terhadap Ekonomi Indonesia
Tidak hanya faktor internal yang mempengaruhi ekonomi Indonesia, tetapi juga faktor eksternal. Saat ini, pemerintah Amerika Serikat telah mengenakan tarif impor sebesar 32% terhadap produk Indonesia. Kebijakan ini berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, terutama bagi perusahaan yang berorientasi ekspor. Penurunan daya beli masyarakat global dan harga produk yang tertekan akibat tarif impor ini, dapat menyebabkan kinerja perusahaan di Indonesia terpengaruh.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya menanggulangi dampak dari kebijakan tarif impor ini dengan melakukan negosiasi langsung dengan Pemerintah AS dan memperluas pasar ekspor ke negara lain. Meskipun demikian, proses ini memerlukan waktu untuk dapat terlihat dampaknya. Sebagai langkah tambahan, verifikasi pasar dan pencarian solusi alternatif menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menstabilkan perekonomian.
3. Tantangan Ekonomi yang Mengancam Sektor Korporasi
Dampak dari PHK dan penurunan daya beli tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga oleh sektor korporasi. Erwin Gunawan Hutapea menyoroti bahwa, selain tekanan dari tarif impor, perusahaan di Indonesia yang bergantung pada ekspor juga akan merasakan dampaknya. Jika perusahaan tidak mampu bertahan dengan penurunan penjualan, mereka terpaksa mengambil langkah-langkah penghematan yang bisa berujung pada PHK lebih lanjut.
Selain itu, bagi sektor-sektor yang mengandalkan tenaga kerja langsung, pemutusan hubungan kerja bisa berisiko memperburuk situasi tenaga kerja di Indonesia. Hal ini mengarah pada perlambatan ekonomi yang lebih dalam jika langkah-langkah mitigasi tidak segera diambil. Pemerintah dan perusahaan perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih stabil bagi dunia usaha agar dapat meminimalkan dampak negatif dari pengurangan tenaga kerja ini.
4. Prospek Nilai Tukar Rupiah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Dampak dari maraknya PHK dan tantangan ekonomi lainnya tidak hanya berpengaruh pada konsumsi domestik dan sektor korporasi, tetapi juga pada nilai tukar rupiah. Meskipun dampak terhadap nilai tukar tidak langsung terlihat, ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan bisa menurunkan kepercayaan pasar terhadap Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan pelemahan rupiah terhadap mata uang utama lainnya.
Perekonomian yang stagnan atau menurun, serta proyeksi pertumbuhan yang kurang optimis, akan mempengaruhi persepsi investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pelaku pasar akan lebih berhati-hati dalam berinvestasi di Indonesia, yang berpotensi mempengaruhi aliran modal asing ke negara ini. Menjaga kestabilan nilai tukar menjadi tantangan berat bagi pemerintah, dan kebijakan yang diambil harus dapat menjaga kepercayaan pasar agar Indonesia tetap menjadi pilihan menarik bagi investor.
PHK yang semakin banyak terjadi di Indonesia jelas berpotensi merugikan ekonomi domestik, dengan dampak paling nyata pada daya beli masyarakat. Meningkatnya angka pengangguran dapat menurunkan konsumsi, yang berimbas pada lambatnya pemulihan ekonomi. Selain itu, kebijakan internasional, seperti tarif impor dari AS, turut memberikan tekanan terhadap sektor ekspor Indonesia. Pemerintah harus segera mencari solusi agar bisa menjaga stabilitas perekonomian serta mempertahankan daya beli masyarakat. Tanpa langkah mitigasi yang tepat, tantangan-tantangan ini bisa memperburuk situasi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.