Kronologi dan Penyebab Tewasnya Juliana Marins di Gunung Rinjani, NTB

28 June 2025 12:14 WIB
dokter-forensik-ida-bagus-putu-alit-memaparkan-hasil-autopsi-jenazah-juliana-marins-di-rs-bali-mandara-jumat-2762025-1751001971342_43.jpeg

Kuatbaca.com - Kabar duka datang dari kawasan wisata alam Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seorang turis asal Brasil bernama Juliana Marins, berusia 27 tahun, ditemukan tewas setelah sebelumnya dinyatakan hilang saat melakukan pendakian. Perempuan muda tersebut jatuh ke jurang sedalam 600 meter dari titik terakhir yang diketahui (Last Known Position/LKP), dan jasadnya berhasil dievakuasi pada Rabu, 25 Juni 2025, setelah sebelumnya terakhir terlihat hidup melalui pantauan drone pada Senin, 23 Juni.

Insiden ini memicu perhatian luas, terutama karena Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi favorit pendaki baik lokal maupun internasional. Juliana diketahui melakukan pendakian secara independen tanpa pemandu resmi, sebuah hal yang sayangnya cukup umum di kalangan pendaki asing.

1. Hasil Autopsi: Bukan Hipotermia, Tapi Luka Akibat Benturan

Penyebab kematian Juliana kini telah diungkap melalui hasil autopsi yang dilakukan tim forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar. Dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Sakit Bali Mandara, dokter forensik Ida Bagus Putu Alit mengungkapkan bahwa kematian Juliana disebabkan oleh luka berat akibat benturan keras di sejumlah bagian tubuh, bukan karena suhu dingin ekstrem atau hipotermia.

“Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan perdarahan,” jelas Alit kepada awak media.

2. Cedera Fatal di Tulang Belakang, Dada, dan Paha

Lebih lanjut, dr. Alit menjelaskan bahwa tubuh Juliana mengalami cedera serius di beberapa bagian vital. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan patah tulang belakang, patah pada dada belakang, cedera di punggung, serta patah tulang paha yang semuanya berkontribusi terhadap perdarahan hebat di organ dalam.

Kerusakan tersebut terjadi akibat benturan keras ketika korban jatuh ke dasar jurang. Tim medis juga memastikan bahwa luka yang dialami bersifat langsung dan fatal, bukan cedera yang berkembang dalam waktu lama.

3. Juliana Diduga Hanya Bertahan Hidup 20 Menit Setelah Terjatuh

Dari analisis waktu kematian, tim medis memperkirakan bahwa Juliana hanya mampu bertahan hidup selama sekitar 20 menit setelah terjatuh ke jurang. Hal ini ditunjukkan dari kondisi jaringan tubuh dan tanda vital yang masih terpantau pada hasil forensik. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda pembusukan atau kematian dalam waktu lama.

Dokter Alit juga menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda hipotermia pada tubuh korban. Biasanya, pada kasus hipotermia, terdapat perubahan warna jaringan di ujung jari atau luka beku. “Untuk hipotermia, tanda-tanda adanya itu luka-luka yang ditimbulkan di ujung-ujung jari berwarna hitam. Nah, ini tidak kami temukan,” jelasnya.

4. Evakuasi Sulit dan Cuaca Ekstrem Hambat Proses Pencarian

Evakuasi jenazah Juliana Marins dari jurang sedalam 600 meter merupakan proses yang tidak mudah. Tim SAR yang dikerahkan harus menghadapi kondisi medan yang ekstrem, cuaca yang tidak bersahabat, serta keterbatasan alat untuk menjangkau lokasi jatuhnya korban. Berkat kerja sama yang solid antara tim SAR, relawan lokal, dan dukungan teknologi seperti drone thermal, jasad korban akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi.

Meskipun tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan sahabat korban, kejadian ini menjadi pengingat penting bagi para pendaki, khususnya wisatawan asing, untuk selalu mengikuti prosedur keselamatan dan pendakian resmi. Gunung bukan hanya tempat indah, tetapi juga penuh risiko yang membutuhkan kewaspadaan dan persiapan matang.

Fenomena Terkini






Trending