Kronologi Insiden di Kanjuruhan Usai Arema vs Persik: Bus Rusak dan Pemain Luka

Kuatbaca - Pertandingan Liga 1 antara Arema FC melawan Persik Kediri pada Minggu (11/5/2025) menandai momen kembalinya Singo Edan ke Stadion Kanjuruhan, Malang. Stadion yang pernah menjadi saksi tragedi kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia itu kembali dipadati suporter yang antusias mendukung tim kesayangan mereka. Namun, atmosfer penuh semangat itu berubah menjadi insiden tidak terduga setelah pertandingan usai.
Laga tersebut berakhir dengan skor 0-3 untuk kemenangan Persik Kediri. Kekalahan Arema di kandang sendiri tampaknya memicu kemarahan sebagian oknum suporter. Ketegangan mulai terasa ketika para pemain dan ofisial Persik Kediri bersiap meninggalkan stadion menggunakan bus tim.
Serangan Terhadap Bus Persik Kediri
Bus rombongan Persik Kediri meninggalkan Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 18.15 WIB. Namun, alih-alih melaju dengan lancar, bus tersebut justru dihadang sekelompok orang. Situasi semakin tidak terkendali ketika bus mulai dilempari batu oleh sejumlah oknum tak dikenal.
Batu berukuran besar menghantam kaca bus, menyebabkan kerusakan parah. Beberapa kaca jendela pecah, serpihannya berserakan di dalam kabin. Pelatih Persik, Divaldo Alves, dikabarkan mengalami memar akibat insiden tersebut. Tidak hanya itu, salah satu asisten pelatih juga mengalami luka ringan akibat terkena pecahan kaca.
Evakuasi dan Permintaan Maaf Arema
Setelah serangan itu, pihak manajemen Persik Kediri berusaha menenangkan situasi dan mengevakuasi pemain serta ofisial dengan aman. Bus akhirnya berhasil melanjutkan perjalanan dan sampai di hotel tanpa insiden lebih lanjut. Manajer Persik, Mochamad Syahid Nur, mengonfirmasi bahwa semua pemain dalam kondisi selamat meskipun trauma dengan kejadian tersebut.
Menanggapi insiden ini, pihak Arema FC melalui perwakilannya, Erwin Hardiono, langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Persik Kediri. Mereka menyayangkan tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum suporter dan berjanji akan melakukan evaluasi serius. "Kami sangat menyesalkan dan meminta maaf sebesar-besarnya kepada tim Persik Kediri atas kejadian yang tidak terpuji ini," ucap Erwin dalam keterangan resminya.
Reaksi Pemain Persik dan Kenangan Tragedi Kanjuruhan
Di tengah suasana tegang tersebut, salah satu pemain Persik, Ze Valente, sempat menyuarakan kekesalannya melalui media sosial. Penyerang asal Portugal itu menyindir bahwa tidak ada pembelajaran yang diambil dari berbagai insiden serupa di sepak bola Indonesia. Meski unggahannya sempat viral, Ze Valente akhirnya menghapusnya beberapa saat kemudian.
Kejadian ini membawa ingatan publik kembali ke tragedi besar yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada 2022. Saat itu, pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berujung pada kericuhan yang memakan korban jiwa sebanyak 135 orang, termasuk anak-anak dan perempuan. Ratusan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang disebabkan oleh gas air mata yang dilepaskan aparat keamanan.
Insiden yang terjadi usai laga Arema vs Persik ini menunjukkan bahwa persoalan kekerasan di sepak bola Indonesia masih menjadi tantangan besar. Diharapkan, berbagai pihak, baik klub, suporter, maupun aparat keamanan, dapat belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya agar olahraga ini kembali menjadi ajang persatuan dan bukan permusuhan.
Perlu adanya pendekatan yang lebih baik dalam menangani konflik dan ketegangan di lapangan. Langkah preventif melalui edukasi suporter, koordinasi keamanan yang matang, serta evaluasi menyeluruh dari pihak klub dan otoritas sepak bola di Indonesia menjadi kunci untuk menghindari insiden serupa di masa depan