Mengapa 1 Suro Diperingati sebagai Tahun Baru Jawa? Ini Penjelasannya

24 June 2025 20:12 WIB
kalender-1744422633200_169.jpeg

Kuatbaca.com-Setiap tahunnya, masyarakat Jawa memperingati 1 Suro sebagai awal tahun baru dalam kalender Jawa. Meskipun kalender Jawa tidak sepopuler kalender Masehi atau Hijriah, penanggalan ini memiliki nilai budaya dan spiritual yang sangat kental bagi masyarakat Jawa. Artikel ini akan mengupas mengapa 1 Suro menjadi penanda tahun baru dan bagaimana sejarah terbentuknya kalender Jawa.


1. Kalender Jawa dan Posisi Bulan Suro sebagai Awal Tahun

Kalender Jawa terdiri dari 12 bulan, yang diberi nama sesuai tradisi lokal dan pengaruh ajaran Islam. Bulan pertama dalam kalender ini adalah bulan Suro, yang menjadi titik awal pergantian tahun. Daftar bulan kalender Jawa meliputi: Suro, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, dan Besar.

Peringatan 1 Suro bukan hanya sebagai pergantian angka tahun, tetapi juga momen spiritual yang sering disambut dengan berbagai tradisi adat, seperti tapa bisu dan tirakat malam hari di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta. Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri dan memulai tahun baru dengan semangat baru.


2. Sejarah Pembentukan Kalender Jawa yang Unik

Kalender Jawa yang dikenal sekarang ini berakar dari masa pemerintahan Sultan Agung Mataram pada tahun 1633 Masehi. Sebelumnya, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berbasis peredaran matahari (kalender solar). Sultan Agung mengambil langkah inovatif dengan menggabungkan kalender Saka dan kalender Hijriah yang berbasis peredaran bulan (kalender lunar).

Sistem baru ini mempertahankan penanggalan tahun dari kalender Saka, tetapi menggunakan nama bulan dari kalender Hijriah. Penyesuaian ini dilakukan sebagai respon terhadap meluasnya ajaran Islam di Nusantara. Oleh sebab itu, bulan Suro yang setara dengan Muharam dalam kalender Islam dijadikan sebagai awal tahun baru dalam kalender Jawa.

3. Makna Spiritual dan Budaya 1 Suro bagi Masyarakat Jawa

Peringatan 1 Suro mengandung makna spiritual yang mendalam. Selain menandai awal tahun baru, momen ini dianggap waktu yang tepat untuk introspeksi dan memohon keselamatan serta keberkahan sepanjang tahun. Tradisi tirakat dan tapa bisu yang dilakukan banyak masyarakat Jawa bertujuan membersihkan jiwa dan memperkuat ikatan dengan Sang Pencipta.

Selain nilai spiritual, 1 Suro juga menjadi bagian penting dalam menjaga kelestarian budaya Jawa yang kaya akan adat dan tradisi. Melalui perayaan ini, nilai-nilai luhur dan warisan budaya terus diteruskan dari generasi ke generasi.

4. Relevansi Kalender Jawa di Era Modern dan Peran dalam Identitas Budaya

Meski saat ini kalender Masehi dan Hijriah lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kalender Jawa tetap memiliki tempat penting dalam tradisi dan budaya masyarakat Jawa. Kalender ini menjadi identitas kultural yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Pemahaman dan pelestarian kalender Jawa, termasuk peringatan 1 Suro, penting untuk memperkuat jati diri bangsa dan menjaga keberagaman budaya Nusantara. Peringatan ini juga menjadi pengingat akan harmoni antara budaya lokal dengan pengaruh agama yang saling melengkapi.

Melalui pemahaman sejarah dan makna 1 Suro sebagai tahun baru Jawa, masyarakat dapat lebih menghargai kekayaan budaya yang diwariskan nenek moyang sekaligus menjaga semangat pembaruan di setiap pergantian tahun.

Fenomena Terkini






Trending