Proyek Gas Masela Masih Mandek, Airlangga Hartarto Tagih Komitmen Jepang

9 May 2025 17:12 WIB
menko-perekonomian-airlangga-hartarto-1744626273205_169.jpeg

1. Kunjungan Strategis Airlangga ke Jepang Bahas Investasi Energi

Kuatbaca.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melaksanakan kunjungan kerja ke Jepang selama tiga hari, mulai dari 7 hingga 9 Mei 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari langkah diplomatik Indonesia dalam mempererat hubungan dagang dan investasi dengan Negeri Sakura, khususnya di sektor energi bersih dan energi fosil yang berkelanjutan.

Selain memperkuat kerja sama ekonomi, kunjungan ini juga menindaklanjuti hasil pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, yang telah berlangsung awal Januari 2025. Dalam pertemuan tersebut, Jepang menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

2. Jepang Siapkan Dana Khusus untuk ASEAN Zero Emission Community

Salah satu topik utama dalam pembahasan adalah program ASEAN Zero Emission Community, sebuah inisiatif yang digagas untuk mempercepat transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Jepang disebut telah menyiapkan dana khusus sebesar 500 juta dolar AS untuk mendukung berbagai proyek yang sejalan dengan target pengurangan emisi.

Airlangga menyambut baik inisiatif tersebut dan menilai bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan energi hijau, mengingat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, seperti energi panas bumi (geothermal), tenaga surya, dan potensi waste to energy dari limbah domestik.

3. Indonesia Tagih Janji Jepang untuk Tuntaskan Proyek Blok Masela

Namun di balik optimisme tersebut, Airlangga juga mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia masih menagih komitmen Jepang atas kelanjutan pengembangan proyek gas raksasa Blok Masela yang terletak di Maluku. Proyek ini dioperatori oleh perusahaan migas asal Jepang, Inpex Corporation, dengan kepemilikan hak partisipasi (participating interest) sebesar 65%.

Selain Inpex, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela menguasai 20%, dan sisanya dimiliki oleh Petronas sebesar 15%. Meski proyek ini dikenal sebagai salah satu ladang gas terbesar di Indonesia, kemajuannya terbilang lambat dan menuai kritik dari berbagai pihak.

4. Pemerintah Indonesia Sudah Beri Teguran Resmi ke Inpex

Ketidaksabaran pemerintah terhadap lambatnya pengembangan Blok Masela semakin terlihat ketika Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, secara terbuka mengungkapkan telah mengeluarkan surat peringatan pertama (SP-1) kepada operator proyek, yakni Inpex. Menurutnya, proyek ini sudah terkatung-katung selama lebih dari 26 tahun sejak penemuan cadangan gas raksasa tersebut.

Bahlil menyampaikan bahwa jika dalam waktu dekat tidak ada kemajuan berarti dari Inpex, maka pemerintah tidak akan ragu untuk mencabut izin pengelolaan proyek tersebut. Langkah tegas ini dinilai sebagai upaya untuk mempercepat realisasi produksi gas nasional demi mendukung ketahanan energi jangka panjang.

5. Blok Masela Dinilai Strategis untuk Kemandirian Energi Nasional

Blok Masela bukanlah proyek biasa. Lokasinya yang berada di kawasan timur Indonesia dan cadangan gasnya yang sangat besar menjadikan proyek ini sebagai salah satu kunci dalam roadmap energi nasional. Dengan target Indonesia menuju Net Zero Emission pada 2060, peran gas sebagai energi transisi sangat penting sebelum energi terbarukan benar-benar dominan.

Oleh sebab itu, percepatan pengembangan proyek Blok Masela menjadi sangat krusial, baik dalam konteks investasi, ketahanan energi nasional, maupun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang.

6. Lebih dari 175 MoU Disiapkan untuk Energi Bersih

Selain pembahasan Blok Masela, kunjungan Airlangga ke Jepang juga berhasil mencatat kemajuan di sektor energi bersih. Lebih dari 175 Memorandum of Understanding (MoU) telah disiapkan antara perusahaan-perusahaan Jepang dan Indonesia. Proyek-proyek ini mencakup pengembangan energi geothermal, tenaga surya, waste to energy, serta pengelolaan lahan gambut.

Seluruh proyek yang tercantum dalam daftar pipeline tersebut diarahkan untuk mendukung pencapaian target Indonesia menuju zero emission pada tahun 2060. Ini merupakan bagian dari transformasi besar di sektor energi, dengan harapan dapat menarik lebih banyak investasi asing di masa depan.

7. Harapan Pemerintah untuk Realisasi Proyek Tahun Ini

Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) juga menyuarakan harapan agar Blok Masela bisa segera mendapatkan pembeli gas, sehingga proyek dapat masuk tahap produksi. Targetnya adalah tercapainya kemajuan nyata pada tahun 2025 ini, baik dalam bentuk kesepakatan komersial maupun dimulainya pembangunan infrastruktur utama.

8. Saatnya Komitmen Diwujudkan

Kunjungan Airlangga ke Jepang mengirimkan pesan kuat bahwa Indonesia tidak sekadar menunggu, tetapi aktif menagih komitmen dan menuntut realisasi dari berbagai kerja sama strategis, khususnya di sektor energi. Bagi Jepang, memenuhi janji terhadap proyek Masela bukan hanya soal bisnis, tapi juga bentuk penghormatan terhadap kemitraan jangka panjang yang telah dibangun dengan Indonesia.

Fenomena Terkini






Trending