Tragedi Garut: Kisah Buruh Harian yang Jadi Korban Ledakan Amunisi TNI

13 May 2025 19:19 WIB
usai-temui-mendag-mentan-anindya-sambangi-kantor-ahy-2_169.jpeg

Kuatbaca.com-Insiden ledakan amunisi kadaluarsa milik TNI di Garut, Jawa Barat, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban. Salah satu korban yang turut menjadi sorotan adalah Endang, seorang buruh serabutan yang baru saja bekerja sehari di lokasi kejadian. Ledakan tersebut terjadi pada Senin (12/5) pagi, dan menewaskan 13 orang, terdiri dari anggota TNI dan warga sipil.

Kisah tragis ini menjadi potret nyata bagaimana nasib pekerja informal kerap terabaikan dalam skema keselamatan kerja. Kurangnya perlindungan, ketidakjelasan status kerja, hingga risiko tinggi yang tidak diantisipasi menjadi bagian dari masalah sistemik yang masih perlu dibenahi.


1. Hari Pertama yang Menjadi Hari Terakhir

Endang dikenal sebagai buruh serabutan yang sehari-hari menerima pekerjaan apa saja untuk menghidupi keluarganya. Saat kejadian, ia baru saja memulai pekerjaan barunya di lokasi pemusnahan amunisi TNI. Tanpa pelatihan atau informasi lengkap mengenai risiko yang ada, Endang akhirnya menjadi salah satu dari 13 korban yang tewas akibat ledakan dahsyat tersebut.

Kejadian ini memperlihatkan sisi rapuh dari sistem ketenagakerjaan informal. Banyak pekerja seperti Endang yang harus menerima pekerjaan tanpa perlindungan memadai karena desakan ekonomi. Mereka tidak memiliki jaminan keselamatan kerja, apalagi perlindungan asuransi bila terjadi insiden fatal.


2. Keluarga Menunggu dalam Harap dan Duka

Pasca-ledakan, keluarga Endang diliputi kesedihan dan harapan agar jasad sang korban segera dapat dipulangkan untuk dimakamkan dengan layak. Harapan serupa juga datang dari keluarga korban lainnya, termasuk Dadang, yang juga menjadi korban dalam tragedi tersebut. Proses identifikasi jenazah yang memakan waktu menambah beban emosional bagi keluarga yang menunggu di rumah sakit dan lokasi kejadian.

Dalam budaya masyarakat Indonesia, pemakaman merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah tiada. Ketidakpastian mengenai waktu pemulangan jenazah membuat luka yang dirasakan keluarga semakin dalam, terlebih mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa orang tercinta pergi dalam kondisi tragis.


3. Tragedi yang Menewaskan Belasan Orang

Ledakan yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, tidak hanya menewaskan Endang, tetapi juga merenggut nyawa 12 orang lainnya, termasuk anggota militer dan warga sipil. Para korban berada di lokasi saat proses pemusnahan amunisi yang telah afkir atau tidak layak pakai. Hingga kini, investigasi masih terus berjalan untuk mengungkap penyebab pasti ledakan dan apakah prosedur operasional standar telah dijalankan dengan semestinya.

Daftar korban yang tewas dalam kejadian ini mencakup nama-nama seperti Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, dan beberapa warga sipil lainnya, termasuk Endang dan Dadang. Tragedi ini menjadi salah satu insiden paling mematikan dalam proses penanganan amunisi militer dalam beberapa tahun terakhir.


4. Pentingnya Evaluasi SOP dan Perlindungan Pekerja

Tragedi di Garut menjadi peringatan keras bahwa setiap pekerjaan, terlebih yang melibatkan bahan peledak atau operasi militer, harus dilakukan dengan standar keselamatan yang ketat. Pengawasan terhadap prosedur dan siapa saja yang diizinkan berada di lokasi sangat penting. Pelibatan pekerja nonmiliter dalam proses berisiko tinggi perlu ditinjau ulang secara menyeluruh.

Selain itu, negara harus memberikan perlindungan lebih kepada pekerja informal seperti Endang. Mereka bekerja keras untuk bertahan hidup, namun sayangnya, justru menjadi korban karena kurangnya perhatian terhadap keselamatan mereka. Pemerintah perlu menyusun regulasi yang memastikan pekerja informal juga mendapatkan hak atas perlindungan kerja, termasuk dalam situasi darurat.

Kisah Endang bukan sekadar cerita sedih, tetapi juga alarm bagi semua pihak agar tidak lagi mengabaikan pentingnya keselamatan dan perlindungan bagi semua pekerja. Tragedi ledakan amunisi di Garut hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk memperbaiki sistem kerja, memperkuat SOP di lapangan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja—khususnya dalam lingkungan berisiko tinggi seperti operasi militer.

Fenomena Terkini






Trending